Selasa, 28 Agustus 2012

Bromo (2 sisi bersatu)

Bromo memang sangatlah indah sebagai figur alam, dengan hamparan pasir yang bagai tak terbatas, dan jika pagi tiba, semburat sinar sang surya dari puncak Penanjakan sangat lah tak bisa di gambarkan dengan mudah, lewat kata dan panorama buatan. Pemandangan Bromo memang tak ada duanya di bumi ini.

Bau belerang menyengat yang memenuhi rongga hidung tak kuasa mengusir orang untuk menikmati indahnya mentari pagi di puncak Bromo. Apalagi pemandangan kawah Bromo dengan kepulan asap yang tak kunjung usai memang sangat menakjubkan.

Kawah Gunung Bromo yang memiliki diameter ± 800 meter ( utara - selatan ) dan ± 600 meter ( timur - barat ) seperti menarik minat wisatawan untuk mendakatinya. Pemda setempat telah memberi garis peringatan bahwa daerah berbahaya berupa lingkaran dengan jari - jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Puncak Bromo memang menawarkan yang tidak boleh diabaikan saat kita telah memutuskan mengunjungi Bromo. Pemandangannya yang sangat indah, dengan lautan pasir yang terbentang luas dengan Pura yang berada di tengahnya sangat memikat siapapun yang ke sana.

Bromo memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan panorama gunung lainnya. Di sekitar Bromo hingga puncak tidak ditemui tanaman hijau selain semak belukar.

Gunung yang satu ini memang paling diminati di antara gunug-gunung lain yang ada di Jawa Timur karena selain keindahannya juga statusnya yang masih aktif. Gunung Bromo yang masih terdapat dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga merupakan satu - satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa lautan pasir seluas 5.250 hektare. Berada pada ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, Bromo berada di empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang.

Bentuk Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Untuk menyisir medan sebelum mencapai Bromo pelancong biasanya menggunakan jip Land Cruiser yang disewakan oleh penduduk.



Berawal dari Kota Malang sebelum sampai di lereng Bromo, wisatawan sudah disuguhi perjalanan yang menantang. Jalanan yang dilewati berupa paving block. Konon menurut kebanyakan supir jip, paving block telah terpasang di sana sejak 1970-an.

Pengunjung juga akan dipaksa menahan nafas panjang karena melihat jurang di kanan - kiri jip. Kontur jalan yang tidak rata dan terus menurun tentu memunculkan perasaan takut akan tergelincirnya jip ke jurang. Menegangkan dan membuat adrenalin terpacu.

Setelah turunan terjal, wisatawan disambut savana yang dipenuhi bunga. Hamparan rumput liar berwarna kuning keemasan menari indah tertiup angin memanjakan mata. Semakin ke utara padang rumput lama-kelamaan berganti menjadi lautan pasir. Letaknya persis di sebelah selatan punggung Gunung Bromo.

Perjalanan di padang pasir untuk mencapai Bromo memakan waktu 3 jam dengan perjalanan yang sangat menantang. Banyaknya batu dan cekungan di jalan merupakan hal yang akan sering dijumpai dan tidak bisa dihindari. Penjelajahan untuk mencapai Bromo mutlak harus menggunakan kendaraan four wheel drive ( 4WD ) karena medan yang dilewati cukup berat, dan membutuhkan cengkraman yang kuat di lautan pasir.


Setelah mencapai padang pasir suasana akan terasa nyaman. Desiran angin semakin kuat. Hal ini membuat udara yang dirasakan kian dingin. Konon suhu di padang pasir Bromo bisa mencapai 10 derajat saat malam hari. Dan paling ekstrem mencapai 0 derajat celcius menjelang pagi.

Saat jip sudah berada di hadapan Bromo yang megah, penduduk sekitar biasanya akan menyerbu dan saling berebut menawarkan tunggangan kuda untuk mencapai kaki Bromo. Jarak yang harus ditempuh untuk mencapai kaki Gunung Bromo adalah 1,5 kilometer dengan medan pasir lembut yang liar dan sulit untuk dipijak. Pelancong bisa memilih untuk menaiki kuda atau berjalan kaki.

Nama Bromo diambil dari nama Dewa Brahmama. Di sana juga terdapat Pura peribadatan kaum Hindu yang kerap digunakan untuk upacara Kasada. Ritual ini merupakan upacara pelantikan dukun baru, yang diakhiri dengan acara lelarung sesaji berupa persembahan hasil bumi dan ternak kepada Sang Hyang Widhi berupa hewan ternak dan hasil kebun ke dasar kawah gunung Bromo.

Ritual Kasodo diselenggarakan setiap tahun ( Desember / Januari ) pada bulan purnama. Perebutan sesaji tersebut merupakan atraksi yang sangat menarik sekaligus mengerikan. Sebab tidak jarang diantara mereka jatuh ke dalam kawah.

Sesampainya di kaki Bromo, pelancong harus menaiki anak tangga yang konon berjumlah 255 anak tangga, untuk kemudian melihat kawah Gunung Bromo. Setelah berlama-lama di puncak, apabila pelancong sudah merasa kelaparan, di bagian bawah Bromo terdapat warung - warung yang menjajakan gudeg, mie instan, air mineral dan jajanan murah. Melepas lelah di situ sungguh nikmat.




sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar