Minggu, 19 Agustus 2012

bahaya Gula Fruktosa (minuman kaleng)

Anda para mahasiswa dan pelajar tampaknya perlu mewaspadai permen dan minuman ringan di meja Anda. Mengonsumsi permen dan minuman ringan selama sedikitnya enam bulan dapat membuat prestasi belajar Anda jelek.
Dua peneliti UCLA (University of California, Los Angeles) menemukan bahwa diet tinggi fruktosa dapat memperlambat kemampuan belajar dan memori otak. Mereka juga mendapati asam lemak omega-3 dapat mengurangi efek negatif tersebut.
“Temuan kami menunjukkan bahwa apa yang Anda makan memengaruhi daya pikir Anda,” kata Fernando Gomez-Pinilla, seorang profesor bedah saraf di UCLA School of Medicine dan profesor biologi dan fisiologi integratif di UCLA College of Letters and Science. “Mengonsumsi diet tinggi fruktosa dalam jangka panjang mengurangi kemampuan otak Anda untuk belajar dan mengingat informasi. Namun penambahan asam lemak omega-3 pada makanan Anda dapat membantu meminimalkan kerusakan.”
Setelah penelitian sebelumnya mengungkapkan bagaimana fruktosa merugikan tubuh melalui perannya dalam diabetes, obesitas dan perlemakan liver, studi ini adalah yang pertama mengungkapkan dampak negatif pemanis itu terhadap otak.
Tim peneliti UCLA memusatkan perhatian pada sirup jagung kaya fruktosa, yang enam kali lebih manis daripada gula dan biasa ditambahkan pada makanan olahan, termasuk minuman ringan, bumbu, permen dan makanan bayi.
“Kami tidak berbicara tentang fruktosa alami dalam buah-buahan, yang juga mengandung antioksidan penting,” jelas Gomez-Pinilla. “Kami berfokus pada sirup jagung kaya fruktosa yang ditambahkan ke produk makanan olahan sebagai pemanis dan pengawet.”

Studi pada tikus

Gomez-Pinilla dan rekannya Rahul Agrawal meneliti dua kelompok tikus. Kelompok pertama mengonsumsi larutan fruktosa sebagai air minum selama enam minggu. Kelompok kedua selain menerima larutan fruktosa juga mendapatkan asam lemak omega-3 dalam bentuk minyak biji rami dan docosahexaenoic acid (DHA), yang melindungi terhadap kerusakan sel-sel sinaptik otak yang terlibat dalam proses mengingat dan belajar.
“DHA sangat penting untuk fungsi sel-sel sinaptik yang mengirimkan sinyal satu sama lain,” kata Gomez-Pinilla. “Mekanisme itulah yang memungkinkan belajar dan mengingat. Tubuh kita tidak dapat menghasilkan DHA yang cukup, sehingga harus dilengkapi melalui makanan.”
Tikus-tikus tersebut diberi makan diet standar dan dilatih di sebuah labirin dua kali sehari selama lima hari sebelum memulai diet eksperimental. Tim UCLA menguji seberapa baik kemampuan tikus melalui labirin, yang memiliki banyak lubang tetapi hanya satu pintu keluar. Para ilmuwan menempatkan marka visual di dalam labirin untuk membantu tikus-tikus mempelajari dan mengingat jalan.
Enam minggu kemudian, para peneliti menguji kemampuan tikus untuk mengingat rute dan keluar dari labirin. Mereka mendapati hasil yang mengejutkan.
“Tikus-tikus di kelompok kedua keluar dari labirin lebih cepat daripada tikus-tikus yang tidak menerima asam lemak omega-3,” kata Gomez-Pinilla. “Hewan-hewan yang tidak diberi DHA lebih lambat, dan otak mereka menunjukkan penurunan aktivitas sinaptik. Sel-sel otak mereka mengalami kesulitan mengirimkan sinyal satu sama lain sehingga mengganggu kemampuan tikus untuk berpikir jernih dan mengingat rute yang telah mereka pelajari enam bulan sebelumnya. ”

Penurunan kemampuan insulin

Tikus yang kekurangan DHA mengembangkan tanda-tanda resistensi terhadap insulin, hormon yang mengontrol gula darah dan mengatur fungsi sinaptik di otak. Penelitian lebih dekat pada jaringan otak tikus menunjukkan bahwa insulin telah kehilangan banyak kemampuannya untuk memengaruhi sel-sel otak.
“Karena insulin dapat menembus hambatan darah otak, hormon tersebut mungkin telah mengirimkan sinyal ke neuron-neuron untuk memicu reaksi yang mengganggu belajar dan menyebabkan kehilangan memori,” kata Gomez-Pinilla.
Ia menduga bahwa fruktosa adalah penyebab disfungsi otak pada tikus yang kekurangan DHA. Makan terlalu banyak fruktosa bisa menghambat kemampuan insulin untuk mengatur sel-sel dalam menggunakan dan menyimpan gula untuk energi yang dibutuhkan dalam memproses pikiran dan emosi.
“Insulin di tubuh sangat penting untuk mengendalikan gula darah, tetapi mungkin memiliki peran yang berbeda di otak, di mana insulin tampaknya mengganggu mengingat dan belajar,” katanya. “Studi kami menunjukkan bahwa diet tinggi fruktosa merusak otak maupun tubuh. Hal ini merupakan temuan baru. ”

Tips untuk Anda

Gomez-Pinilla menyarankan Anda untuk menjaga asupan fruktosa tetap minimal dan mengganti makanan penutup dengan buah segar dan yoghurt. Anda juga disarankan mengonsumsi makanan yang kaya asam lemak omega-3, seperti salmon dan biji rami, atau mengambil kapsul DHA satu gram sehari.
“Temuan kami menunjukkan bahwa mengonsumsi DHA secara teratur melindungi otak terhadap efek berbahaya fruktosa,” kata Gomez-Pinilla.



SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar