Menurut Eka Shanty, Chairman of Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC), rumah mode muslim di Indonesia sudah dapat mengekspor ke 57 negara OKI yang hampir seluruh penduduknya bergama Islam. Ini berarti industri fashion muslim di Indonesia sudah diakui sesuai dengan unsur faedah Islam dan keindahannya.
Bukan tidak mungkin jika busana muslim menjadi busana yang bersifat eksklusif layaknya merek ternama seperti Chanel, Louis Vuitton, atau Marc Jacobs. “Kita ingin menjadikan Islamic fashion sebagai global brand di mana semua orang dapat menggunakannya, tidak hanya khusus untuk muslim,” ujar Eka.
Apalagi saat ini, IIFC ingin mengembangkan islamic fashion police yang akan mengontrol setiap desain baju muslim sesuai faedah islam tanpa menghilangkan unsur fashionable di dalamnya.
Namun sayangnya, identitas busana muslim yang berkembang di Indonesia hanya sebagai busana musiman yang biasa dikembangkan setiap menjelang lebaran. “Kita memiliki dua kali lebaran dan saat itulah busana muslim banyak dicari,” ia menambahkan.
Karena itulah IIFC dengan banyak desainer dan rumah mode muslim ingin mengembangkan fashion busana muslim yang tidak hanya tergantung musim dengan memberikan inovasi-inovasi baru, model-model baru yang tampak lebih modern. Memang, beberapa model busana muslim terkadang membuat si pemakai terlihat lebih tua dari umurnya.
Dengan invovasi fashion, tidak ada lagi remaja-remaja yang terlihat tua dengan busana muslim yang dikenakannya. Apalagi, saat ini perkembangan industri fashion muslim telah mendapat dukungan pemerintah dengan adanya Inpres no. 9 tahun 2008 yang mengatakan industri fashion Islam termasuk sebagai industri kreatif.
Jadi, bukan tidak mungkin muslimah-muslimah cantik Indonesia terlihat sangat fashionable dengan unsur-unsur yang sangat Indonesia. “Kita akan membawa industri fashion muslim dengan Indonesian’s taste,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar