Swedecore (juga sering disebut Gothencore dan melodic deathcore) adalah nickname buat style yang paling umum di scene metalcore hari ini, yang menggabungkan melodi dan harmoni gitar band-band melodic death metal asal Gothenburg, Swedia (siapa lagi kalau bukan At The Gates atau In Flames) dengan agresifitas dan breakdowns metalcore Amerika era akhir 90-an. Style ini paling banyak diusung oleh band-band Amerika Utara, meskipun sudah dibikin populer di Eropa oleh band-band seperti Caliban dan Heaven Shall Burn. Saat death metal dan hardcore telah sering bercampur-baur menjadi sebuah bentuk baru, hal-hal awal yang bisa mengidentifikasi secara jelas melodic death metal yang di-combine dengan metalcore nyaris muncul secara simultan, dengan album-album seperti; Undying “This Day All Gods Die”, Darkest Hour “The Prophecy Fulfilled”, Prayer For Cleansing “The Rain In Endless Fall” dan Unearth “Above The Fall Of Man”, yang masing-masing dirilis dalam kurun waktu satu tahun (1998-1999). Nggak jelas siapa yang pertama kali punya ide untuk meng-combine kedua style tersebut. Darkest Hour pernah merilis EP “The Misanthrope” di tahun 1996 yang dinilai memiliki unsur musik mereka di masa mendatang tapi lebih banyak bagian metalcore ala Damnation A.D. Album 1997 dari Day Of Suffering “The Eternal Jihad” disebut sebagai influence bagi banyak band Carolina Utara selanjutnya seperti Undying dan Prayer For Cleansing, dan juga Overcast yang telah memulai subgenre ini di Boston, Massachusetts. Dari deretan band-band di atas bisa kita lihat, bahwa ada dua titik asal-muasal Swedecore, yaitu scene Washington DC/Carolina Utara dan Boston. Bagaimanapun, hal itu telah sering diperdebatkan bahwa pemutusan gap antara kedua style tersebut juga telah dilakukan di scene metal Eropa. Pada awal 90-an, band seperti Entombed (Swedia) mulai menggabungkan unsur-unsur hardcore/punk dan Carcass (UK), yang dianggap sebagai salah satu pionir melodic death metal (pasca-album “Symphonies Of Sickness”), juga memiliki unsur hardcore yang kuat. Band yang paling banyak ngasih “petunjuk” kepada band-band metalcore, bagaimanapun, adalah At The Gates, yang album 1995 landmark-nya, “Slaughter Of The Soul”, menghindari banyak layer melodi dan gitar akustik bergaya folk seperti yang diusung oleh band-band satu kampungnya, Dark Tranquility dan In Flames, untuk menghasilkan musik yang jauh lebih liar dan enerjik. Di dalam buklet CD re-release “Slaughter Of The Soul”, vokalis Tomas Lindberg menulis bahwa banyak sekali fans At The Gates di Amerika yang terdiri dari “straight edge kids”. Ada banyak banget variasi di dalam subgenre ini. Band-band yang lebih populer seperti Killswitch Engage dan Atreyu, cenderung mengandalkan sound tebal yang lebih halus, breakdowns yang menyolok dan porsi vokal merdu yang lebih banyak, sementara band-band yang berada di label-label kecil, seperti Undying atau Beyond The Sixth Seal, cenderung memiliki musik yang lebih cepat dan liar yang sering sulit dibedakan dengan melodic death metal tradisional.Lirik band-band Swedecore sering lebih kompleks daripada lirik band-band standar Swedish-style melodic death metal, mungkin karena bahasa Inggris bukan bahasa utamanya. Tapi nggak juga ah, buktinya banyak band Eropa yang memiliki lirik serupa. Yang jelas, liriknya lebih sering merefleksikan tema-tema hardcore ketimbang metal, contohnya, Darkest Hour berfokus ke penjelasan-penjelasan sosial politik, sementara Undying berfokus ke veganisme dan environmentalisme. Nuansa musiknya yang apokaliptik ini juga nyambung ke tema-tema bernafas religi seperti Kristen, dan Christian metalcore pun menjadi julukan tersendiri, seperti yang diusung oleh As I Lay Dying, Zao (tidak termasuk swedecore). Swedecore secara tak terduga menjadi populer sekitar tahun 2000, bareng sama emo, mungkin karena waktunya bersamaan dengan band-band emo hardcore yang musiknya lebih keras. Di antara banyak band yang membantu mempopulerkannya dan dianggap sebagai perwakilan terdepan metalcore hari ini adalah Killswitch Engage, God Forbid dan Unearth. Karena kepopulerannya, mereka jadi sering dikritik sebagai genre “sell-out” dan dijuluki “the new nu-metal”. Validitas argumentasi ini didukung oleh fakta, dimana barisan pengisi acara Ozzfest tahun-tahun belakangan ini paling banyak disesaki oleh band-band metalcore, sebagaimana pada akhir 90-an, salah satu festival metal akbar paling bergengsi ini didominasi oleh band-band nu-metal (Slipknot, Mudvayne, Spineshank, Otep, dll). Setahun belakangan ini, Swedecore memasuki tingkat kedua popularitasnya, lazimnya di antara para fans musik cadas secara umum. Pengaruh Swedecore bisa terlihat di mainstream, sebagaimana banyak band emo/metalcore populer seperti Alexisonfire atau Silverstein, sering menggabungkan rif-rif melodic death metal secara menyolok ke dalam musiknya. Well, inilah para “plagiator Swedish style”, dari Amerika Utara: After The Eulogy, Age of Ruin, All That Remains, As Blood Runs Black, As Hope Dies, As I Lay Dying, August Burns Red, Avenged Sevenfold (pra-album “City of Evil”), Becoming The Archetype, Bleeding Through, Darkest Hour, Dead To Fall, Dead Elizabeth, Embrace The End, Endthisday, Foreknown, From Autumn To Ashes (album pertama), From This Day, Himsa, It Dies Today, Killswitch Engage, Living Sacrifice, Nehemiah, Prayer For Cleansing, Still Remains, The Autumn Offering, The Red Death, Trivium, Undying, Unearth, Veil of Maya, Winter Solstice, dll. Dari Jerman: Caliban, Heaven Shall Burn, Fear My Thoughts, Neaera, dll. Dari Australia: I Killed The Prom Queen, Parkway Drive, dll. Dari Inggris: Mendeed, dll. Dari Hungaria: Inferno Metalcore System. Dari Selandia Baru: Newwayhome.
sumber fhaglad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar