Rabu, 17 Oktober 2012

Apakah Clomid Dapat Menimbulkan Resiko Kanker Payudara?

clomid 

Penyakit kanker payudara merupakan momok menakutkan bagi setiap wanita. Kanker payudara ialah masalah kesehatan yang senantiasa membayangi dan menimbulkan ketakutan berlebih di kalangan kaum hawa.
Kanker payudara ini merupakan kondisi di mana sel-sel kanker tumbuh tanpa bisa terkontrol dan menyerbu jaringan di sekitarnya.
Kanker payudara ini bisa disembuhkan jika dideteksi sejak awal. Ada beberapa penyebab yang dapat menimbulkan terjadnya kanker payudara, dimana salah satunya dihubungkan dengan pengobatan kesuburan pada wanita yang ingin memiliki keturunan.
Sejauh ini dikenal beberapa metode yang biasanya digunakan untuk pengobatan sistem kesuburan pada wanita, salah satunya ialah dengan Clomid atau disebut juga dengan Clomiphene.
Clomid ini banyak digunakan oleh kalangan wanita di Amerika Serikat dan Eropa. Tak kurang dari 15% pasangan suami-isteri di kedua negara tersebut menggunakan Clomid ini karena menghendaki keturunan dari pernikahannya tersebut.
Pengobatan kesuburan jenis ini ialah pengobatan populer untuk pembuahan yang tidak teratur. Dan sekarang yang menjadi pertanyaannya ialah apakah Clomid atau Clomiphene ini dapat mengganggu kesehatan, terutama menyebabkan kanker payudara?
Patut diketahui bahwa Clomid ini ialah hormon turunan yang bekerja pada hipotalamus, indung telur, dan juga kelenjar pituitari yang sangat penting untuk pembuahan. Dengan adanya penambahan hormon ini maka akan meningkatkan kesempatan menumbuhkan kantung ovarium yang nantinya akan memicu terjadinya pembuahan.
Wanita yang menggunakan Clomid ini tak perlu mengeluarkan biaya yang mahal namun memerlukan pemantauan dari pihak kesehatan. Dan yang membahagiakan bahwa pengobatan kesuburan dan Clomid ini memiliki tingkat kesuksesan yang cukup tinggi.
Meski begitu, sejauh ini penggunaan obat ini tak benar-benar menjadi solusi bagi kalangan wanita yang ingin memperoleh keturunan. Rata-rata mereka was-was karena ada sinyalir bahwa penggunaan Clomid ini bisa memicu terjadinya kanker payudara.
Pada sebuah penelitian tesis yang pernah dilakukan oleh Dr. Delin Shen menilai bahwa penggunaan Clomid dapat mendekati resiko kanker payudara. Hasilnya memperlihatkan peningkatan resiko kanker positif reseptor estrogen dan mengurangi resiko kanker negatif estrogen.
Sedangkan dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh segenap peneliti di National Cancer Instituteyang melakukan investigasi terhadap potensi hubungan antara Clomid dengan kanker rahim. Dan hasilnya ialah mereka yang telah mengonsumsi obat Clomid ini memiliki kecenderungan 56% resikonya lebih tinggi terhadap perkembangan kanker rahim dibandingkan dengan wanita normal pada umumnya.
Kalangan peneliti menemukan bahwa resiko kanker rahim meningkat pada wanita yang mengonsumsi Clomid atau Clomiphene ini. Bahkan disebutkan,  20 tahun pasca mengonsumsi Clomid ini, peningkatan resiko terhadap kanker 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita lainnya yang tidak pernah mengonsumsi Clomid.
Dan resiko yang paling tinggi dialami oleh kalangan wanita yang berbadan gemuk dan belum pernah hamil. Namun sebaliknya, para peneliti menemukan fakta bahwa paling tidak akhir-akhir ini Clomid relatif aman dan memiliki kecenderungan yang rendah terhadap resiko kanker payudara yang sangat ditakutkan tersebut.
Sarannya, sebaiknya sebelum melakukan berbagai cara pengobatan yang berkaitan dengan meningkatkan kesuburan, komunikasikan terlebih dahulu dengan otoritas kesehatan terhadap kemungkinan ada-tidaknya efek dari obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang.
Bagaimanapun, kesehatan sendiri harus lebih diutamakan dibandingkan dengan tujuan yang masih belum konkrit. Usaha untuk memperoleh keturunan memang harus dilakukan secara maksimal namun bukan berarti dengan cara membenamkan penyakit di dalam tubuh sebagai efek samping dari upaya pengobatan untuk memperoleh keturunan tersebut.
Namun kalaupun Anda sudah terkena kanker rahim atau kanker payudara sebagai dampak dari penggunaan Clomid, maka jangan khawatir karena kedua penyakit tersebut masih bisa diatasi baik secara medis maupun non medis.

Sumber klik 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar