Sabtu, 20 Oktober 2012

Jodoh Gus Dien (Part III) cerbung santri lucu

Sambungan Jodoh Gus Dien (Part II)
...mendekatkan diri pada Tuhan.
Al Farabi menikmati tiap denting sambil hatinya terus berdzikir melafalkan nama agung Sang Maha Karya. Jelas ini berbeda tujuan dengan Mat Dogler yang memainkan gitar hanya sekedar hoby dan alat mencari nasi.
Begitupun Sunan Kalijaga, memainkan gamelan semata-mata untuk menarik perhatian masyarakat yang mayoritas beragama Budha, agar mau mendengar dakwah-dakwahnya yang mengiringi lantunan dendang gamelannya.
Tapi Gus Dien tidak berfikir sejauh itu.

Singkat cerita, Gus Dien pun menekuni permainan gitar ini dari hari ke hari, sampai akhirnya mahir hanya dalam waktu 4 bulan menemani Mat Dogler mengamen.
Gus Dien pun membeli gitar sendiri. Gitar bermerek Osmond type D900 dibelinya seharga 120 ribu dari hasil ngamennya.
Suatu hari, ketika Gus Dien sedang mengamen di sebuah warung lesehan di malam minggu, seorang wanita berusia 20-an menghampirinya dari belakang dan menepuk punggungnya. "Hebat juga kamu," kata wanita itu sambil tersenyum di depan Gus Dien. Betapa terkejutnya Gus Dien karena ternyata wanita yang di depannya itu adalah Vina, keponakan Mbah Kuri yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut lokal.
"Duduk yuk? Ada yang perlu aku omongin sama kamu" ajak Vina pada Gus Dien.
Mereka duduk bertiga di warung lesehan itu bersama Hilman, pacarnya Vina.
"Aku denger suara gitar kamu enak banget. Maen chordnya pas dan kocokannya lembut," sanjung Vina mengomentari permainan gitar Gus Dien tadi. "Terima kasih," kata Gus Dien sambil tersenyum simpul, membuang latu rokok kretek yang ia gapit. Kemudian Gus Dien pun diperkenalkan dengan Hilman, pacar sekaligus produsernya. "Kebetulan Saya lagi butuh satu pemain gitar buat gantiin Litle Vie, gitaris Saya yang keluar dua bulan lalu," kata Hilman yang diangguki Vina seraya berkata, "Maksudnya kita pengen kamu gabung jadi additional music dulu, soal kontrak ya tergantung job manggung kita. Betul kan Mas?" tawar Vina pada Gus Dien sambil melirik Hilman. Gus Dien pun sepakat dan memutuskan pensiun sebagai pengamen liar.
Baru dua bulan Gus Dien menjadi Additional Music, namanya terkenal sampai suara gitarnya itu terdengar di telinga sebuah studio perusahaan musik yang lumayan berkelas. Tawaran pun datang menghampiri pick gitar Gus Dien.
Aqualiur, begitulah nama perusahaan rekaman yang dimanajeri oleh Om Agus itu. Gus Dien pun banting setir dari gitaris dangdut menjadi gitaris band yang beraliran Easy Listening.
Gus Dien bergabung dengan 4 musisi lainnya yang direkrut melalui kompetisi Band.
Gus Dien menamai bandnya dengan nama "THE AWOR'S". Ia berperan sebagai lead guitaris. 4 personil lainnya masing-masing; May (vocal) Najnaj (rythm) Moun (bass) dan Bon Adie (drum).
Nama Gus Dien pun semakin melengking seiring lengkingan interludenya di lagu-laguThe Awor's.
======
Di pihak lain, Kyai Birin yang masih begitu terpukul dengan kepergian putra semata-wayangnya itu, masih terus berupaya sedapat mungkin mendapatkan informasi tentang putranya itu.
Tatap matanya sayu, kosong. Fikirannya dipenuhi beban luka dan kepedihan. Sebagai orang tua, dia membutuhkan seorang putra untuk meneruskan perjuangannya menjadi 'Tentara Allah'.
Kyai Birin terus melamun di kursi goyang teras rumahnya sambil berharap putranya kembali.
Hari demi hari berlalu, akhirnya harapan itu datang. "Assalamu'alaikum.." seru seorang pria yang berada di balik pintu. Kyai Birin pun membukakan pintu. Dilihatinya pria yang berdiri di depannya itu. Tak lama kemudian, "Gludak!!", Kyai Birin tersungkur di tengah-tengah pintu rumahnya sendiri setelah mengetahui bahwa pria yang di depannya itu...

*bersambung ke Part IV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar