Sabtu, 20 Oktober 2012

Kopi Kampung (humor ala santri)

Di ronda malam itu, satpam Kardi sedang menikmati kopi tahlil sambil main catur sama bos Mu'in.
Secangkir kopi dan 2 bungkus rongkok tergeletak di sampingnya. Sementara di pagar pos ronda itu, sebuah radio butut tergantung dengan dengung ocehan penyiar.
...
Tak lama kemudian, "Makan tuh kuda, gratis..." ujar si Mu'in, yang langsung diamini Kardi. Walaupun beberapa detik kemudian terdengar "SKAK MAT!", Kardi sama sekali tidak merasa dibohongi. Justru yang ada adalah hikmah bahwa otot pun kadang membantu kinerja otak.
Muncullah Santo, bujang lapuk itu datang tiba-tiba sambil menyeruput kopi kentel yang sudah agak dingin itu.
Iseng-iseng dia muter-muter tunner radio dan berhenti di suatu gelombang. Terdengar suara khas Jacko dengan lagu Give Thank's to Allah.
"Lagu apaan tuh?" tanya Kardi, nada menyuruh ganti chanell. Maklum, dia ga tau menau musik barat. Sementara bos Mu'in yang rada gaul itu menimpali, "Biarin To, gua rada suka lagu yang ada arab-arabnya."
...
Tiba-tiba, bremmm... Sebuah motor matic mangkir di depan mereka.
Mas Iwan membuka helmnya dan memasukkan diktat kuliahnya di bagasi depan motor.

"Si Negro ini merenovasi sekujur tubuhnya sampe putih mengkilat, mulus kaya pipinya Cut Tari," komentar Iwan sambil melemparkan sebungkus rokok mild di depan mereka dengan senyum khasnya.
"Emang om Jacko itu negro ya?" tanya Santo, bujang lapuk culun ini memang rada suka Jacko, tapi gak kenal info tentang dia. "Kebengisan ras membuatnya benci pada diri sendiri," timpal Mu'in dengan nada puitis.
Sambil melongo, Santo nyeletuk lagi "Ah, mental tempe.. Berarti kalah dong sama Andika Kangen Band.."
Mu'in yang rada ngefans sama Jacko itu menyalakan rokok, kemudian memulai komentar nada sinisnya "...Sementara Afgan, dengan suara maksimalnya yang masih juga terdengar fals itu, justru laris manis dikunyah pasar." dia menyambung "Yang penting buat musisi itu ya fisiknya. Bukan suara."

Iwan pun buka suara lagi, "Maklum, Indonesia memang masih otak kampungan. Beda sama Amrik, walaupun rasis tapi mikirnya pake otak, bukan dengkul..." ujarnya yang langsung disahut Santo, "Indonesia juga rasis ko'. Saya waktu kerja di Bandung dulu, orang sunda manggil Saya pake sebutan 'Si Jawa' atau 'Jawa Blegug'..."

......

Rasis, otak kampungan, jiwa mellow, terserahlah. Itu kan opini mereka.
Kenapa kita ngga' membicarakan Hitler saja?
Si kurus jelek ini juga low fisiknya, tapi mampu menghentak dunia dengan tunggangannya, Partai NAZI.
Apa rahasia Hitler?

Otak...!!




sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar